Minggu, 01 Januari 2012

Kencan Tuli Bag. 1


Suatu hari, di suatu SMA di Jakarta.

KRIIIIIIIING....! Bunyi bel pulang berbunyi nyaring, seketika itu pula para murid beranjak dari tempat duduk masing-masing dan berjalan ke pintu keluar. Satu hari lagi telah berlalu di kehidupan SMA gue, satu hari yang sayangnya tidak berkesan. Gue mengambil tas lalu berjalan gontai menuju pintu kelas. "Aahhh, what a boring day!", pikir gue dalam hati. "Gue pikir kehidupan SMA bakal menyenangkan, ternyata gak lebih ngebosenin dari jaman SMP, huh!" racau batin gue. Udah beberapa hari gue kepikiran hal itu terus, gue ngerasa bosen ngejalanin ini semua, gue butuh sesuatu yang mampu mewarnai hidup gue agar lebih cerah untuk dijalani, dan agaknya gue tau penyebabnya, dan karena itu pula gue bela-belain masuk ke SMA ini, SMA yang terkenal karena rumor kualitas murid ceweknya yang cantik-cantik.

Yap, gue akuin yang udah bikin gue galau belakangan ini karena gue belum mampu menemukan bidadari di sekolah ini, gue haus akan kasih sayang, gue haus akan belaian wanita! Oke, gue positif lebay. Tapi gak salah dong, seorang pria diumur yang masih belia dan sedang dalam masa pertumbuhan...hmm, anyway! Jadi inti permasalahannya adalah, kenapa gue gak bisa menemukan bidadari di sekolahannya bidadari?

Sebenarnya rumor itu benar kok, sekolah ini surganya bidadari berseragam SMA, di kelas gue aja hampir semua ceweknya cantik-cantik, hanya saja gue butuh yang lebih dari sekedar cantik-oh ya, gue udah berkicau sebanyak ini tapi belum sempat mengenalkan diri, nama gue Cozy, umur gue 15 tahun, dan cewek idaman gue adalah..hmm, cewek dengan suara yang bagus! Bagus bukan berarti harus penyanyi lho, buat gue suara cewek ketika nyanyi dan ngomong biasa itu beda, kalo suaranya bagus ketika nyanyi, itu emang karena dia sedang nyanyi, alhasil suara yang dihasilkan merupakan hasil olah vokal yang dilakukan di pita suaranya. Berbeda dengan suara ketika ngomong biasa, suara yang dihasilkan akan lebih natural jadi lebih mudah diketahui apakah suaranya bagus atau tidak.

Setidaknya gue punya kriteria sendiri dalam menilai tiap suara cewek, buat gue cewek dibedakan dari jenis suaranya, ada yang bersuara cantik, imut, anggun, merdu, adem, indah, lembut dan lain-lain. Ketika ketemu cewek, hal yang pertama yang gue nilai bukanlah penampilan dia, atau wajah dia, buat gue yang paling berkesan dari seorang cewek adalah suaranya. Gue sangat menunggu-nunggu saat dimana gue merasa jatuh cinta pada pendengaran pertama, duh!

Oke, gue emang punya kelainan dalam selera gue terhadap cewek, kelainan itu pula yang menghambat keinginan gue untuk segera punya cewek. Di kelas gue sekarang, kelas 1.9, gue gak bisa menemukan cewek dengan melodi yang tepat buat hati gue, temen sekelas gue cantik-cantik tapi bukan itu yang gue cari kan? Apa? Lo bilang gue sok ganteng? Ehem, sebenernya bukan gue sok ganteng, tapi gue emang ganteng kok, buktinya diantara cewek-cewek sekelas, walaupun mereka gue deketin cuma buat lebih mengenal suaranya tapi kemudian malah mereka yang agresif, bahkan beberapa udah nembak gue.

Kehidupan SMA gue udah berjalan 2 bulan, kayaknya gue harus cari lahan baru, gue udah selesai investigasi cewek-cewek di kelas gue sendiri. "Ini dia, mulai besok, no, mulai saat ini gue harus bergerilya ke kelas lain!" teriak gue dalam hati, tiba-tiba gue merasa mendapat pencerahan, gue melihat seberkas cahaya diujung jalan, yang sebenarnya adalah cahaya matahari yang masuk melalui pintu kelas.

Gue langsung mempercepat langkah gue menuju pintu kelas. Sesaat gue keluar kelas, sesosok cewek sedang berjalan di depan pintu kelas gue. Seorang cewek berkulit putih dengan rambut hitam panjang terurai, wajahnya yang kecil dan berbentuk oval sangat cocok dengan posturnya yang bisa dibilang pendek. Gue ngeliat dia, dia ngeliat gue. Lalu dia tersenyum dan gue bales senyumnya dia. Lalu dia tetap berjalan terus sepanjang koridor. Pandangan gue terus mengikuti dia sampai dia hilang dari pandangan. "Dia manis juga." nilai gue dalam hati. "Dan di atas semua itu, dia dari kelas lain, oke, udah gue tetapkan kalo dia yang bakal jadi inceran gua selanjutnya!" hati gue serasa mendapat pencerahan bertubi-tubi, Oh what a day! Kayaknya gue harus menarik lagi kata-kata gue, hari ini akan menjadi hari yang berkesan!

"Pertama-tama, harus cari tau dulu dia dari kelas mana." gue berdiri di depan kelas sambil berpikir. Keadaan saat ini sudah cukup sepi karena gue orang terakhir yang keluar dari kelas, selain itu karena letak kelas gue yang diujung koridor. "Pasti dia dari kelas 1.10! Soalnya itu satu-satunya kelas yang terletak setelah kelas gue. Oke, let's see, gue punya kenalan siapa ya di 1.10..ah!". Di depan gue lewat 4 orang cowok, 1 orangnya gue kenal, namanya Tito, dia temen gue waktu SMP, and the best part is, dia anak 1.10. "Ahhh, To! Kebetulan banget! Gue mau nanya sesuatu," gue tarik tangannya Tito lalu dia berdiri di sebelah gue, dia memasang tampang heran. "Sorry men, duluan aje, entar gua nyusul." si Tito berkata ke temen-temennya, lalu setelah temennya agak menjauh, "Kenapa Ji?".

"Gue mau nanya," kata gue berapi-api, "Temen sekelas lo, cewek, namanya siapa?", "Yang mana?" balas Tito bingung. "Yang itu, yang..rambutnya panjang!", sahut gue masih dengan berapi-api. "...yang rambutnya panjang banyak." jawab Tito dengan tatapan skeptis, abis itu gue baru nyadar kalo gue udah nanya pertanyaan yang minim petunjuk. "Sini ikut gue!" gue tarik tangannya Tito biar ngikutin gue. Baru beberapa menit berlalu semenjak acara tukar senyum gue dengan cewek itu, pasti dia masih di lingkungan sekolah.

Langkah kita berdua berhenti di depan ruang guru, lalu gue menunjuk ke arah pintu gerbang sekolah. "Tuh! Yang itu", gue lihat raut muka Tito berubah, "Ooh dia, dia namanya Sherly, kenapa emangnya? Lo naksir ya?". Gue tersenyum mendengar tebakannya tepat, "Hehe, tadi gue abis tuker senyum sama dia di depan kelas, agaknya gue tertarik sama dia, lo punya nomer handphone dia gak?", Tito terlihat agak berpikir sebentar lalu menjawab, "Hmm, ada sih..tapi dia itu..eh, kalo lo tertarik kenapa gak langsung samperin aja sekarang? Kayak yang lo biasa lakuin.", "No no no my friend, sekarang waktunya gak tepat, tuh lo liat, dia lagi sama temen-temennya, lagian dia udah siap-siap mau pulang, gue lebih suka segala sesuatu yang lebih terencana untuk urusan begini!", "Yaah whatever," jawab Tito dengan muka tak acuh, "Yaudah, nih lo catet nomer handphone dia," Tito menyodorkan layar handphone-nya. Setelah mendapatkan cukup informasi dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Tito, gue langsung buru-buru pulang.

Sesampainya gue di rumah, gue langsung ke kamar gue, lalu merebahkan badan di kasur. Gue ambil handphone, sambil gue tatap nomor kontak yang baru aja bergabung di memory handphone gue. Pandangan gue tertuju ke nama sang pemilik nomor, "Sherly..nama yang indah..semoga suaranya juga seindah namanya." kata gue sok puitis. "Oke! Jadi rencananya begini," gue bangun dan duduk di kasur sambil bersandar ke tembok. "Besok hari Sabtu, sekolah libur, otomatis gue gak bisa ngeharapin buat ketemu di sekolah, hmm.." gue diem sebentar untuk berpikir. "Kalo gue langsung ngajak dia ketemuan, sekaligus kencan..mau gak yah dia? Yah, satu-satunya cara biar tau gue harus tanya dia!" gue langsung ngambil handphone dan siap-siap menelepon Sherly, "Eh, tunggu! Kalo gue telepon dia, berarti gue bakal denger suaranya..ah berarti gak bakal kejutan lagi besok! Selain itu gue mau denger suara dia secara langsung!".

Beberapa saat kemudian gue udah berhasil mengirim sms basa-basi ala anak SMA ketika ngajak kenalan, gak sampai 1 menit udah dibales sama dia, "Hai..iya ini Sherly, ini siapa yah?", "Woah, that was fast!" teriak gue dalam hati. Dia cepet balesnya, itu udah salah satu tanda kalo dia cukup terbuka, sekarang langkah selanjutnya. "Ini gue Cozy, anak 1.9, gue minta nomer lo ke Tito, tadi kita papasan di depan kelas gue waktu jam pulang. Tadi kita sempet tuker senyum, dan menurut gue senyum lo manis juga J". Tombol Send udah gue pencet, gue sengaja agak agresif di-sms kedua gue, gue pengen liat respon dia.

2 menit berlalu, handphone gue udah bunyi lagi, gue baca balesan sms dia, "Oh, lo yang tadi, iya gue inget, ehehe makasih ya. Salam kenal ya Cozy J". Senyum pun mengembang di wajah gue sesaat gue baca sms dia, langkah selanjutnya adalah saat-saat yang menentukan. "Iya, salam kenal juga Sherly J. By the way, to the point aja ya, gue tertarik sama lo waktu papasan sama lo tadi dan gue mau kenal lo lebih jauh. Rencananya gue mau ngajak lo besok ketemuan sekalian..kencan. Gimana menurut lo?". Gue baca ulang lagi hasil ketikan gue sebelum akhirnya gue pencet sekali lagi tombol Send.

"Message Delivered" begitu kalimat yang gue baca di layar handphone gue. Gue kembali merebahkan badan gue di kasur gue yang nyaman. "Ahh, kira-kira gimana ya respon dia? Kayaknya gue over-agresif deh.." lamunan gue tersadarkan oleh bunyi dering handphone gue, doi bales! Langsung buru-buru gue buka sms dari dia. "Kebetulan dong, gue lebih suka cowok yang jujur dan to the point. Gue juga tertarik sama lo. Oke, gue mau J". Fish on everybody!

Setelah merencanakan tempat pertemuan dan sedikit basa-basi, kita sepakat buat besok ketemuan di kafe deket sekolah kita, namanya “Safe & Sound Café”. Jadi inilah gue, duduk sendirian di dalem kafe, gue sengaja dateng sedikit lebih awal, biar menciptakan kesan awal yang bagus, jenius kan gue? Biasa aja? Oke.

Suasana kafe cukup ramai, wajar sih karena ini malam minggu. Kafe yang deket sekolah ini merupakan tempat favorit anak SMA di daerah sini, terutama dikalangan anak-anak dari SMA gue, saat ini aja, mayoritas pengunjung kafe ini berasal dari sekolah gue. Walaupun gue cuma kenal muka mereka. Gue ngeliat jam tangan, udah hampir tiba waktu yang dijanjikan, lalu gue alihkan pandangan gue ke arah pintu masuk, menunggu bidadari yang gue idam-idamkan tiba.

Gue masih memandangi pintu masuk, sambil sesekali melihat ke sekeliling mengamati pengunjung kafe lainnya. Beberapa menit kemudian gue liat seorang cewek masuk yang langsung gue sadari kalo itu adalah Sherly. Dia berhenti di depan pintu masuk, pandangannya tertuju mengamati meja-meja pengunjung. Gue langsung berdiri dari tempat duduk lalu melambaikan tangan ke arahnya. Dia melihat tanda dari gue, tersenyum lalu berjalan ke arah meja gue.

Sherly, dibalut dengan gaun hitam yang anggun, terlihat sangat cantik. Rambutnya yang hitam panjang dibiarkan terurai sampai bahu, menambah kecantikan dirinya. Suara hentakan hak sepatunya bagaikan irama yang memiliki keindahan tersendiri yang membuat gue terhanyut dalam alunannya. Sampai akhirnya dia berjalan semakin dekat dan gue sadar kalo ini adalah saat yang paling gue tunggu sejak kemarin, gue akan segera mendengar suaranya.

"Ohh, dia semakin dekat!" rasa penasaran ini bikin gue jadi agak deg-degan. Apakah suaranya indah bagaikan malaikat? Atau suaranya adalah melodi yang udah gua idam-idamkan sejak dulu? Gue merasa sangat excited, terutama telinga gue, mereka bagaikan perut yang sangat kelaparan dan akan segera diberi makan. Sherly hanya tinggal berjarak beberapa langkah dari tempat gue berdiri. "Alright, here she comes." siap gue dalam hati, akankah gue merasakan jatuh cinta pada pendengaran pertama?

Bersambung

Tidak ada komentar: